hari ini dia mengucapkan akad di depan abiku,
"saya terima nikahnya...."
kalau boleh jujur aku tidak terdengar sedikit pun saat ia mengucapkannya, tiba-tiba saja..
"ayok kak, masuk chapel didampingi adiknya"
"hah? lo mbak sudah ta?", ucapku tak percaya.
pagi itu aku tidak melihat siapa yang datang, aku hanya berjalan maju menuju kepadanya
kutata langkahku agar tidak tersandung, kutata melati di samping leherku agar tetap terlihat anggun.
semua pandanganku buram, hanya terlihat dia, kakakku, adikku, dan kedua orang tuaku.
aku melangkah ragu karena rasanya seperti tidak nyata.
tetap kutata langkahku dan yang aku ingat perasaan ragu untuk menggapai tangannya karena malu.
"dek, dia ini udah jadi suamimu...", teriak mas alfa, kakakku.
tawa lepas memecah keheningan dan tak terdengar lagi suara pacu jantungku,
tetap terasa tidak nyata.
kugapai tangannya, wah kami sudah sah ya.
---
ada satu doa yang aku ingat,
"Ya Allah. Kutitipkan semua perasaanku pada-Mu. Kau yang memiliki hatiku, Kau yang paling mengenal aku, dan Kau yang paling tahu siapa dan yang bagaimana yang aku butuhkan, jadi kuserahkan semuanya kepada-Mu. Aku menjaga semua ini karena perintah-Mu, aku percaya kepada-Mu karena hanya Engkaulah tempatku bergantung dan meminta pertolongan"
pecah tangisku di malam itu,
kulepaskan semua perasaan, rasa khawatir,
dan rasanya ada sebuah kelegaan yang sulit didefinisikan.
---
hari itu berlangsung cepat, perasaan bahagiaku menutup semua rasa lelah
rasa canggung terasa begitu nyata, tetapi rasanya semuanya seperti mimpi.
ada kebahagiaan yang tidak bisa aku definisikan, merunut semua doa, merasakan keadaan, dan lebih peka terhadap jawaban-Nya.
Allah Maha Baik, Baik Banget.
berkali-kali kuucap dalam hati.
sungguh, tak ada satu doa pun yang terlewat, dari dulu tidak pernah ada yang terlewat.
Mungkin kita yang kurang peka aja.
---
"rasanya masih unreal ya", ucapku
yang aku ingat di hari ini,
senyum kebahagiaan,
tawa lepas,
kelegaan,
dan segala rasa pasrah yang selama ini diusahakan.
Ya Allah, terimakasih.