Mempertanyakan diri apa yang sebenarnya dicari?
Mempertanyakan diri apa yang sebenarnya diingini?
Mempertanyakan diri, sebenarnya hari ini aku berada di garis mana?
Yogyakarta, Parangtritis.
Suara debur ombak,
Suara berisiknya gulungan itu tanpa henti,
Aroma hangat yang khas,
Bedanya sore ini sedikit dingin ditambahkan suara gemericik hujan,
Langit sedang sedih kali ini,
Dia menangis setiap matahari akan terbenam,
Keindahan matahari ia tutupi dan ia habisi sendiri,
Langit tak rela matahari pergi,
Lautan terhempas luas,
Berisiknya ombak begitu menyejukkan,
Gemericik hujan menemaniku sore ini,
Sore sepi menunggu kepastian,
Sore sunyi tanpa jawaban.
Bahwa suara ombak membuatku tersadar,
Setiap orang kadang butuh waktu sendirian,
Untuk mendalami apa yang ia rasakan.
Melihat yang lebih muda dariku melakukan tertawa terbahak-bahak dengan teman sebayanya, bahagia melihatnya.
Dulu, aku selalu begitu, tertawa tanpa henti hingga perut sakit sekali, entah apa yang lucu bahkan sampai tidak bisa berhenti tertawa.
Tapi waktu terus berjalan, masa itu sudah lewat jauh disana, teman-teman sebayaku tumbuh dewasa begitu juga dengan aku.
Bukan, maksudku bukan berarti ketika kita tumbuh dewasa kita tidak bisa berbahagia. Maksudku, kedewasaan seperti merenggut waktuku. Waktu yang dulu kami miliki untuk dihabiskan bersama-sama, waktu yang sama untuk tertawa bersama-sama.
Teman-teman sebayaku kini sudah berada di garisnya masing-masing, begitu juga dengan aku. Rasanya seperti zona waktu kami sudah berbeda karena kedewasaan sepertinya merenggut waktu.
Tapi begitulah menjadi dewasa. Untuk menjadi dewasa kita paham akan waktu masing-masing, kita paham akan garis masing-masing.
Bagiku setiap orang memiliki garisnya sendiri untuk mencapai garis finish, entah mana yang di depan, entah mana yang di belakang. Yang terpenting kita saling menghargai satu sama lain dan tetap saling memahami bahwa waktu kami sudah tidak seperti dulu, tapi perasaanku masih sama seperti dulu.
Hei teman-temanku, aku rindu!
Hai
Lama sekali aku tidak menulis, hehe.
Aku tau pasti akan kaku sekali menulis, tetapi satu hal yang aku sadari.
Kenapa semakin dewasa, aku seperti mulai meninggalkan satu persatu hal yang aku sukai?
Beberapa Minggu ini, aku rutin menonton sebuah drama judulnya "2125" :)
Banyak sekali kata-kata yang menyentuh dan mengingatkan aku banyak hal disana. Memang aku belum selesai menonton drama itu, tapi banyak sekali yang bisa aku pelajari disana..
Ada satu scene favoritku dan membuatku tersentuh.
Ada sebuah scene dimana si tokoh Baek Ye Jin bertengkar dengan adiknya, di saat adiknya malu sang kakak bukan seperti yang terakhir dia ingat. Si Kakak yang sekarang adalah seorang kakak yang kabur dari keramaian karena takut akan berisiknya dunia dan menjadi seorang pengecut, tapi Baek Ye Jin (si kakak) tidak sadar akan itu karena pertengkaran itu Baek Ye Jin seperti terpecut oleh kata-kata si adik.
Yang sebenarnya dia marah dengan dirinya sendiri.
Kata-kata yang benar-benar ngena ke hatiku adalah ketika si adik Baek Ye Jin meminta maaf dan mengatakan,
"Tahu hal yang berubah? Kakak dulu suka sekali mendengarkan musik, jangan tinggalkan hal yang kau suka, meskipun hidup itu sulit", lalu Baek Ye Jin tersenyum.
Kadang kita bisa tanpa sadar meninggalkan hal yang kita sukai, bahkan lupa.
Ketika merasa hidup ini sulit dan begitu banyak cobaan yang datang bertubi-tubi, ketika hidup ini mulai membosankan. Tanpa sadar, kita meninggalkan hal yang kita sukai, satu persatu.
Padahal hal itu adalah hal yang membuat kita tersenyum tanpa alasan, berdebar, bahagia.
Jadi mengapa harus ditinggalkan?
Semakin dewasa rasanya seperti terendam kesibukan, lupa bahwa kita memiliki "sesuatu hal itu".
Tanpa sadar, kita sudah meninggalkan hal yang paling berharga yaitu hal yang dulunya kita suka dan membuat kita berdebar tanpa alasan, bahkan semangat setiap harinya.
Sibuk boleh, tapi jangan lupa bahwa kita butuh bahagia, dan sebuah tempat yang membuat kita merasa hidup. Jadi jangan pernah lupakan ataupun meninggalkan hal yang kita suka! :)
Banyak sekali kata-kata indah di drama itu yang membuat aku tersadar, bahwa kita tidak boleh melupakan hal yang kita sukai karena setelah di pikirkan, terasa menyedihkan :)
Siapa yang tidak tahu Album Manusia?
Kayaknya seluruh Indonesia pada tahu.
Sebenarnya semua lagu di Album ini memiliki arti yang dalam untuk diriku sendiri, tapi kali ini aku mau menulis tentang Diri.
Diri. Sebuah lagu pengingat yang berulang kali membuatku terharu.
Di lagu ini Tulus mengingatkan kita banyak hal yaitu..