Minggu, 29 Oktober 2017

Surat Untuk Para Kesayangan

Lagi-lagi perpisahan, lagi-lagi perpisahan. Untuk menjadi orang dewasa ternyata kita harus belajar bagaimana rasanya perpisahan berkali-kali.

Kita tidak bisa menyalahkan waktu, jarak, sebuah tragedi, atau bahkan orang yang terlibat. Karena bagaimana pun memorinya, kenangannya, kita tetap harus melanjutkan hidup masing-masing, kan?

Kita udah sampai di fase ini, berpisah karena sama-sama lulus, sudah sumpah apoteker, dan kembali ke kampung halaman atau malah ada yang merantau lagi. 

Setahun ini seperti singkat namun padat, tahu gak kenapa? Setahun sama kalian aku merasa semua kenangan seperti diukir pelan-pelan, rasanya gak ingin satu detik pun terlewat tanpa kalian. 

Aku selalu bersyukur diberikan sahabat-sahabat baik banget dan yang mengerti bagaimana aku. Kalian benar-benar rezeki yang Allah berikan tiada henti, setiap harinya.

Ketika ada sebuah pertemuan, kita sadar bahwa pada akhirnya kita berpisah juga, tapi aku gak pernah membayangkan sesedih ini, aku kayak orang patah hati yang nangis tiada henti di dalam kereta, semakin menjauh dari kota kita, kota Surakarta.

Biarlah jalan duwet yang bergeronjal itu menjadi saksi bagaimana motor-motor kita melewatinya berkali-kali, biarlah bu kos melon dan pak sarjono menjadi saksi hidup bagaimana kita selalu bersama, sudut-sudut kamar kita pun biarkan mereka merekam apa aja yang kita lakukan, setiap saat dan setiap waktu. Biarkan tempat-tempat itu memiliki tanggung jawabnya masing-masing untuk menyimpan kenangan kita ya? Boleh ya?

Sepertinya hampir tidak ada sudut surakarta tanpa ada kalian, karena kita mendatanginya selalu bersama-sama dan setelah diskusi yang lama (pastinya! haha).

Sebuah pernyataan simple kayak "mau makan apa rek?", rasanya jadi sebuah pertanyaan yang sulit melebihi pertanyaan waktu kompre, melemparkan ke yang lain untuk mikir mau makan apa. Pasti kalo ditanya mamaku mau makan apa, aku jadi inget kalian, terus nangis lagi deh. Padahal cuma sekedar "mau makan apa", hehehe :")

Setauku perpisahan tak pernah seberat ini karena seperti yang kalian tahu setahun kemaren bener-bener pertama kalinya aku ngekos, bagiku kalianlah adalah keluargaku di Solo, jadi rasanya bener-bener kayak kehilangan sesuatu yang berharga di hati. 

Kalo aja soto seger samping kampus bisa denger semuanya pasti tahu apa aja obrolan kita, kalo aja aspal parkiran kampus bisa cemburu pasti mereka cemburu sama bagian depan karena kita cuma mau parkir disitu. Kalo aja tangga kampus bisa merasakan kehadiran kita pasti dia tahu bagaimana kita mengeluh setiap naik satu anak tangga. Kalo aja mading sebelah kantor bu agustin bisa ngerekam kelakukan kita pasti dia udah lapor sama bu agustin bagaimana kita ngomel-ngomel sendiri.

Aku sampe gak bisa mendeskripsikan setiap sudut kota Solo karena rasanya semuanya  tentang kalian. 

Semoga kita tetap bisa selalu cerita sampai kapanpun itu, tanpa ada rasa canggung dan malu (seperti kata thira). Semoga kita masih bisa berebutan cerita satu sama lain, semoga kita yang sekarang, rasanya akan tetap sama ya, di kita yang di masa depan. Semoga kalian yang aku kenal tetaplah seperti ini.

Jangan pernah menyalahkan satu sama lain ketika ada salah satu dari kita tidak bisa bertemu karena aku yakin bukan karena diri kita yang tidak ingin bertemu, pasti karena hal lain.

Jangan pernah lupa sama pak sate-nya pipit, jangan pernah lupa sama nurhida yang banyak hewannya, jangan pernah lupa sama wisma santri awal dimana kita punya kenangan, jangan pernah lupa bahwa kita selalu berjuang bersama sampe bisa sumpah apoteker. Jangan pernah lupain setiap hal yang sudah kita lakuin bersama ya? Biarlah kita mengingat sampai energi kita habis untuk mengingat, biarkan kita menyimpan memori ini sampai kita titipkan cerita ini ke anak cucu kita, sampai rambut kita susah dicari mana yang warna hitam karena sudah putih semua. 

Apapun yang terjadi di masa depan nanti, tidak ada sedetik pun yang aku sesali ketika bersama kalian. Aku sayang kalian dengan sepenuh hatiku. Semoga Allah selalu menjaga tali persahabatan kita sampai ajal yang memisahkan kita Aaamiiiin. 



Yang sudah merindukan kalian


Atikah Nadhifah Fahmi

Di dalam sebuah kereta menuju malang, 07.28, Mutiara Selatan.

Senin, 02 Oktober 2017



Menghargai kenangan untuk tertawa karenanya, entah karena mengingat betapa bodohnya atau betapa bahagianya.

Large Yellow Polka Dot Pointer
by ANF