Cahaya putih di atas itu terus menatapku, iya, itu cahaya lampu yang selalu menyala sepanjang malam.
Aku tidak suka gelap.
Dari dulu setiap malam aku pasti terbangun kalo cahaya itu dipadamkan, seperti ada seseorang yang mengagetkanku. Aneh ya, aku dan cahaya putih di atap itu seperti satu hati.
Tapi cahaya putih itu juga selalu menjadi saksi bisu ketika aku berdiam di tengah malam. Aku tidak suka gelap, tapi terkadang aku terganggu dengan cahaya putih itu untuk tidur. Menutup mukaku dari dia dengan selimut adalah kode keras jika aku terganggu.
Susah.
Gelap tidak bisa tidur karena imajinasi kemana-mana. Terang malah kesilauan. Atikah rempong.
Ajaibnya, cahaya itu bisa menyimpan kenangan, setiap sudut kamarku pun begitu, entah mengapa, padahal tak ada hubungannya. (Di iyain aja biar cepet)
Akhir-akhir ini aku memaksakan diriku untuk tidur dalam gelap, hehe. Soalnya memang katanya gak baik kalo tidur dengan lampu menyala.
Hai cahaya putih, aku harus membiasakan tidurku tanpa dirimu, aku harus terbiasa tanpamu.
Semuanya ada karena terbiasa, mungkin lama-lama aku akan terbiasa dengan gelap. Jika aku mulai rindu cahayamu dari bawah selimutku, berarti aku rindu akan kebiasaanku bersamamu, bukan merindumu, gila aja rindu sama lampu. Hehe.
Good night! :)