Jumat, 30 Oktober 2020

Cermin - Surat Cinta Untuk Nadin Amizah

Cermin seperti lagu Nadin Amizah. Iya, memang tentang lagu dia.

Lagu itu benar-benar bisa aku putar berkali-kali tanpa bosan,

Lagu itu seperti menggambarkan kegelisahan yang selama ini aku risaukan.

Bahwa, hidup itu bukan hanya perkara mencintai dan dicintai oleh orang lain saja,

tapi kita harus mencintai diri sendri lebih dahulu, jangan sampai lupa.
Kalau bukan kita yang mencintai lebih dulu, lalu siapa lagi?

Lagu ini mengingatkan kita,
betapa seringnya kita memaki diri sendiri,
betapa seringnya kita mewajarkan kesalahan orang lain, 
namun lupa mewajarkan kesalahan diri sendiri,
seringnya kita lupa, 
bahwa kita sama dengan orang lain yang sama-sama bisa salah

Menuntut kesempurnaan kepada diri sendiri,
Tidak memaafkan diri sendiri karena kesalahan kecil,
Namun memaafkan orang lain karena kesalahan besar.
Itu tidak wajar :)

Di lagu ini,
Aku sangat sangat belajar banyak, Nadin.
Sering sekali aku mendengarkan lagu ini (lagi dan lagi),
Disaat aku memaki diri sendiri karena kebodohanku,
Menangis sendirian dengan lagu ini karena merasa diri ini menjijikkan.

Mengapa kita bisa memaafkan orang lain, namun ke diri sendiri tidak?

Terlalu banyak menuntut kepada diri sendiri,
Padahal salah itu wajar,
Tidak sempurna itu wajar,
Cintailah dan maafkanlah dirimu, 
berkali-kali kuucapkan setiap kali mendengarkan lagu ini, Nadin.

Kuncinya bagiku adalah kedua hal itu..

Kita harus mencintai diri ini dan menerimanya,
Maafkanlah diri ini dari kesalahan-kesalahan kecil yang diri ini sendiri perbuat,

Hargai dirimu sendiri, jangan lupa.

Tulisan ini untuk Nadin,
Tanda terimakasihku berkali-kali diwakilkan oleh tulisan ini,
Aku tahu umurku jauh lebih tua dari Nadin,
Nadin masih sangat muda sekali ketika menulis lagu ini,
Di umur se-Nadin, Aku tidak pernah berpikir sedewasa itu.
Namun untuk belajar memang tidak memandang umur,
Kedewasaan bukan ditentukan dengan angka,
tapi dilihat dari bagaimana kita berpikir,

Terimakasih Nadin untuk lagunya,
aku jadi lebih belajar lagi dan lagi untuk memahami diri ini,
dan semakin mencintai diri ini setiap harinya.

Sekali lagi, terimakasih. I love you, Nadin.

With all my love, Atikah Nadhifah Fahmi.

Kamis, 27 Agustus 2020


Terserah orang mau bilang apa,

Yang penting hatiku tulus apa adanya,

Terserah orang mau bilang apa,

Yang terpenting niatku tulus tanpa mengharap apa-apa,

Terserah orang mau bilang apa,

Karena aku tidak bisa mengendalikan apa yang di pikirkan orang-orang.

Iya, terserah orang mau bilang apa


Minggu, 12 April 2020

Memeluk Semesta

Berpisah kepada permenkaretmanis seperti berpisah kepada setengah jiwaku,
Jelas saja permenkaretmanis sudah menemaniku bertahun-tahun,
dari jaman aku masih berseragam hingga kerja kini,

tapi entah kenapa hatiku seperti memerintah agar blog ini bermetamorfosis,
sebagai tanda bahwa umurku sudah jelas tidak seperti kata permenkaretmanis,

Semoga dengan nama baru ini bisa membawaku untuk lebih memahami apa yang di mau-i

Welcome to the world, Memeluk Semesta!
semoga kamu baik,
dan bisa menyampaikan kegalauan, keresahan, bahkan kebahagiaan dengan elegan.

karena
bagiku perasaan itu perkara yang belum tersampaikan dan yang sudah tersampaikan.

Selamat membaca! (kali aja ada yang nyasar baca kesini dengan nama baru)

He's Just Not That Into you :)

Lagu fiersa menemaniku malam ini,
setiap kata-kata yang penuh makna itu seperti mewakili sejuta perasaanku yang tak terungkap,
seperti mewakili air mata yang tidak jadi jatuh karena malu kepada bumi,

malam ini seperti perayaan, 
perayaan terhadap perpisahan,
perpisahan yang kubuat sendiri agar aku tidak maju atau mundur lagi,
Tetapi aku akan pergi,
dan menyudahi semua ini.

Perayaan ini sudah aku lakukan dengan caraku sendiri,
Menutupnya sendiri tanpa terkesan menutup,
Ini sudah terjadi berkali-kali,
Sungguh, aku lelah
Lelah menanyakan dimana bagian yang salah?
Meskipun sudah berkali di ingatkan oleh sahabatku,
Tidak ada yang salah, Hanya saja bertemu dengan orang yang salah.

Semoga hal ini adalah hal yang terakhir, 
tidak akan terjadi lagi,
Aamiin.

Perayaan ini adalah perayaan untuk diriku sendiri,
terhadap perpisahan terhadap sesuatu yang kurasakan,
dulunya.

Kamis, 02 April 2020

Dia Lebih Butuh Pelukkan dan Didengarkan (untuk saat ini)

Ketika seseorang bercerita kepadamu,
belum tentu ia meminta pendapatmu atau saranmu,
terkadang ia cuma butuh didengarkan,
butuh pelukan,
butuh dibenarkan,
butuh didengarkan..

Ketika seseorang menangis kepadamu,
jangan diberi saran berjibun,
jangan diberikan nasehat panjang,
karena ketika menangis telinga itu tertutup,
dia hanya butuh didengarkan dan dipeluk.

Jangan memberikan saran, bila belum diminta,
karena kadang dia lebih membutuhkan dukunganmu (dulu),
dibandingkan saran darimu.

Bila sudah mereda, mungkin dia sudah meminta saranmu,
berikan berarti dia sudah membutuhkannya :')

Rabu, 25 Maret 2020

Ada satu lagu yang sedang menempel di kepalaku:

"Jika nanti kau ingin aku lagi, kejarlah sekuat tenaga. Jika kau ingin hati ini lagi, rayulah sekuat tenaga..."
Tak Terima - Donne Maula & Sheila Dara

Kamis, 12 Maret 2020

Siang ini seperti biasa

Siang ini seperti biasa,
Mendung dengan langit kelabu,

Siang ini seperti biasa,
hiruk pikuk orang sakit didepanku,
sibuk antri berobat

Siang ini seperti biasa,
masih sepi, tidak ada yang baru.

Ada perasaan dalam sekali yang tidak aku pahami,
Ada perasaan yang muncul di sela waktu sunyi tak ada suara,
Ada perasaan yang tak kupahami ketika sendirian,
Ada perasaan yang kuharap ada lagi, namun kutunggu belum ada kali ini.

Apakah Matahari sedang ingin dilindung?
karena akhir-akhir ini dia berlindung dibalik Awan.

Apakah Bintang tidak ingin menampakkan diri lagi?
kelipnya terlihat samar seiring dengan bertambahnya lampu kota

Apakah Langit sedang berduka dan butuh perhatian?
Ia selalu menangis di siang hari, ingin semua orang melihat dan merasakan kesedihannya.

Siang ini seperti biasa,
ya..
seperti biasa..

Kamis, 05 Maret 2020

Keputusan Terberat

Instagram bagiku adalah hiburan (dulunya),
Posting segala hobi dan segala hal yang aku senangi,
cover sana-sini, explore cover lagu orang-orang (referensi lain, sealing youtube)
dan itu membuatku happy.

Tapi entah kenapa, semakin kesini kok semakin aneh rasanya,
Posting cover lagu, kemudian cek setiap saat, uda berapa ya yang liat?
buat apa?
padahal dulunya, kalau nyanyi ya Nyanyi aja, gak peduli diliat ataupun enggak.

Setiap hari, setelah kesibukkan dan kelelahan disempatkan melihat story orang-orang,
Ada yang jalan-jalan keluar negri,
ada yang bulan madu,
ada yang pengantin baru,
ada yang lahiran anak kedua bahkan ketiga,
ada yang merayakan ulangtahun anaknya yang kesatu tahun.

Bukan iri, tapi seperti jiwa ini merendahkan diri sendiri,
Seperti lebih membenci capaian diri sendiri,
dan merendahkan segala hal tentang diri sendiri.

Instagram bukan lagi hiburan, tapi suatu hal yang membuat rendah diri,
suatu hal yang kadang bisa menyakiti diri sendiri,
Gatau kenapa.

Dulunya pernah hapus Aplikasi, tapi download lagi karena mau post nikahan temen.
Terus akhirnya dari seminggu lalu, kuputuskan buat hapus lagi.
Rasanya kurang puas, takut diri ini masih buka lagi, padahal sudah tau menyakiti diri,
Well, I deleted my instagram account (kalau kata sih instagram gak bisa di delete si, cuma dissable sementara gitu katanya, but it's okay).

Well.

Bismillah, semoga istiqomah menuju jiwa lebih sehat.
Mungkin, pandangan orang lain beda-beda.
Ini si kalau aku ya.

:)

Jika

Jika ia memang cinta,
dia tidak akan membuatmu mencari,
namun kau akan dicari.

Jika ia memang cinta,
dia tidak akan memberikan ketidakjelasan maupun kekecewaan,
namun kau akan mendapatkan kehangatan dan kesejukan.

Jika ia memang cinta,
dia tidak akan membuatmu menunggu terlalu lama,
Jika ia memang cinta,
dia tidak akan membuatmu tulisan seperti ini,

di pagi hari.


Mendapat kabar bahagia...
Jelas, Aku ikut bahagia.
tapi di waktu yang hampir bersamaan ada perasaan sedih, bukan karena kebahagiaanya,
namun karena entahlah, perasaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya..


Rabu, 26 Februari 2020

doaku

Semoga Tahun ini lebih banyak syukur daripada keluhan,
Semoga Tahun ini saya bisa lebih rajin lagi menulis dan membaca di tengah kesibukkan dan keberisikan dunia ini

Kamis, 20 Februari 2020

Perayaan?

Akhirnya saya berada di umur sekian,
Dimana saya sudah enggan menyebutkan angka,
Dimana saya sudah enggan menyebutkan tahun lahir,
Tidak disangka saya sampai di umur sini saja.
Dengan banyak target yang belum tercapai (ya, tak apa)

Ada yang bilang,
Perayaan terhadap tambah umur (atau bisa disebut berkurang umur)
tidaklah lagi menyenangkan,
Karena mengingatkan kita, betapa banyak yang belum tercapai.

Banyak belum tercapai?
Iya, memang.
Namanya manusia punya rencana,
Semesta berkehendak lain, kita bisa apa?

Berusaha lagi dan terus berdoa 

Bagiku perayaan tetaplah perayaan,
Namun bagaimana kita merayakan itulah letak perbedaanya,
Bila di putar kebelakang,
Dulu waktu kecil ada tradisi gebyor dengan air,
Bertambah tua sedikit ada tambahan telur mentah dan tepung,
Semakin bertambah lagi sudah tidak lagi gebyor dan telur, 
namun  berupa kata-kata
dan menyiptakan momen indah yang membuat haru

Di umur sekarang ini,
Merayakan bisa dengan orang yang kita sayang,
Dan membuat orang lain berbahagia,
Karena kebahagiaan orang lain merupakan kebahagiaan kita juga,
Membuat momen untuk diri sendiri dengan kebahagiaan orang lain,
Itu juga perayaan.

Jadi bagiku,
Perayaan bertambah umur memang sebagai pengingat,
Namun bagaimana kita merayakan itulah intinya,
Bukan malu atau sebal dengan capaian-capaian yang belum tercapai.
Syukuri masih bisa hidup hari ini,
Bersyukur masih memliki target hidup yang membuat selalu semangat,
Bersyukur masih diberikan orang-orang baik di sekitar.
Aku suka perayaan tahun ini.

Karena tidak ada yang abadi,
Tapi kenangan tetap terkenang selalu di hati dan ingatan.

Kita berjalan masih, terus berjalan
Meskipun kita tak tahu, berapa jauh jalan ini nanti. (Lagu pejalan - Sinir Tanah)

Hargai kenangan, perjuangkan target hidup, dan hangman pernah lupakan orang-orang yang kamu sayang.

Large Yellow Polka Dot Pointer
by ANF